disana
dibalik tembok istana
ada tawa
riuh ribut bising bercampur satu
kuasa masih pada mereka
yang tawanya susah dipisah
antara senang dan angkuh
sebab memang
senang dan angkuh batasnya terkadang tipis
bahkan sangat tipis
seperti helai rambut di jembatan sirat kelak
dan ketika suara mengetuk istana itu
penghuninya seolah hilang kesadaran dengar
bahkan saat teriak pun bergema tepat di depan pintunya
kesadaran dengarnya semakin hilang
suara dan teriakan dianggap angin lalu
dari pembeci, tukang hasut, perongrong
serendah itukah nilai kemanusiaan di istana megah itu
atau mungkinkah akal telah sakit
karena terlampau lama berkawan kezaliman
bukankah, yaa bukankah dulunya mereka sering menyulap suara menjadi teriakan
tapi itu dulu, saat kakinya hanya terhenti di pagar istana
ingatlah wajah mereka baik-baik
rekam di alam sadarmu
agar kalian tidak menerima kebohongan untuk kedua kalinya.
dibalik tembok istana
ada tawa
riuh ribut bising bercampur satu
kuasa masih pada mereka
yang tawanya susah dipisah
antara senang dan angkuh
sebab memang
senang dan angkuh batasnya terkadang tipis
bahkan sangat tipis
seperti helai rambut di jembatan sirat kelak
dan ketika suara mengetuk istana itu
penghuninya seolah hilang kesadaran dengar
bahkan saat teriak pun bergema tepat di depan pintunya
kesadaran dengarnya semakin hilang
suara dan teriakan dianggap angin lalu
dari pembeci, tukang hasut, perongrong
serendah itukah nilai kemanusiaan di istana megah itu
atau mungkinkah akal telah sakit
karena terlampau lama berkawan kezaliman
bukankah, yaa bukankah dulunya mereka sering menyulap suara menjadi teriakan
tapi itu dulu, saat kakinya hanya terhenti di pagar istana
ingatlah wajah mereka baik-baik
rekam di alam sadarmu
agar kalian tidak menerima kebohongan untuk kedua kalinya.
Zaenal Abidin Riam, Juli 2018
Posting Komentar