Bagi manusia beragama, kepercayaan terhadap Tuhan
adalah sesuatu yang mutlak, tidak mungkin sebuah keyakinan agama bisa berdiri
tanpa bersanding dengan sikap ketundukan kepada Tuhan. Dalam konteks Islam,
penghambaan kepada Allah sebagai Tuhan Maha Tunggal merupakan hal wajib,
penghambaan tersebut termasuk meliputi sikap memohon kepada Allah atas sebuah
kebaikan yang didambakan, sikap tersebut terekspresikan dalam lafadz doa yang
dipanjatkan seorang hamba kepada Allah.
Doa sebagai sarana untuk meminta kepada Allah
perlu dijalani secara total, dalam artian benar-benar memohon secara tulus dan
mengingat Allah secara utuh dalam bait doa yang dipanjatkan, jadi penekanannya
bahwa Allah harus menjadi yang utama dalam doa kita, masalah kemudian timbul
karena tidak jarang manusia yang sedang berdoa namun ia lebih menitikberatkan perhatiannya
terhadap sesuatu yang ingin dicapainya dibandingkan Allah sang maha pemberi,
dia lebih fokus mengingat sesuatu yang didambakan dalam doanya daripada
mengingat Allah, padahal posisinya ia sedang bermohon kepada Allah, pada
kondisi ini sesungguhnya yang diharapkan dalam doa telah mendominasi dan
menguasai diri si pendoa, dalam definisi sederhana, sesuatu yang menguasai diri
layak disebut tuhan, iya tuhan yang semu, jadi perhatian dalam doanya justru
lebih fokus kepada "tuhan" bukan kepada Tuhan, bukan kepada Allah.
Yuk mari kita sama-sama evaluasi doa kita,
sudahkan kita berdoa secara benar dan total, sudahkah kita menjadikan Allah
sebagai titik fokus utama dalam bait doa yang dipanjatkan, bila ternyata belum,
maka mari bersegera, usaha memang penting sebagai tindak lanjut dari doa lisan,
namun selain itu doa yang dijalani dengan benar akan mendatangkan hasil yang
pantas pula.
Penulis: Zaenal Abidin Riam
Posting Komentar