BREAKING

Jumat, 29 Maret 2013

Menafsir Ulang Realitas Hijau Hitam: Upaya Membongkar Kejumudan


Oleh: ZAENAL ABIDIN RIAM
Ketua Korp Pengader (KP) HMI MPO Cabang Makassar
Zaman kekinian merupakan perpanjangan tangan dari zaman sebelumnya, begitupun setiap momen yang mengambil tempat di dalam ruang dan waktu kehidupan, akan selalu memilki keterkaitan dengan momen di zaman sebelumnya. Mendeskripsikan kedisinian dengan memutus habis rantai masa lalu merupakan sebuah tindakan yang tidak bijak, karena genealogisasi akan selalu mewarnai ruang kehidupan manusia.
Pemahaman tentang kekinian dan kedisinian merupakan perkawinan antara fusi cakrawala historikal masa lalu dan fusi cakrawala masa kini. Konsep ini bukan bermaksud memenjarakan manusia ke dalam sangkar kemandegan karena cakrawala historikal bukanlah seperangkat pandangan atau evaluasi yang fixed. Cakrawala masa kini masih harus terus dibentuk dan kita harus senantiasa menguji prasangka kita (Paul Ricour)
HMI sebagai organisasi yang mengambil pentas di dalam ruang dan waktu secara otomatis terlingkupi oleh kedua cakrawala tadi. Arus zaman yang terus berubah menuntut HMI agar pandai mencandrai realitas. Tentunya, dalam proses pencandraan tersebut, modal epistemologi dan ideologi harus senantiasa menjadi teman berjuang; dan agar epistemologi tidak kehilangan gigi maka ia harus selalu kontekstual dengan ruang kehidupan generasi ulul albab (kader HMI, red).
Kontekstualisasi akan selamanya membutuhkan analisis cakrawala historikal karena masa lalu telah melahirkan berbagai tradisi besar yang butuh direvitalisasikan dalam cakrawala masa kini. Tidak dapat dinafikan, corak berpikir kader hari ini bukanlah model berpikir yang diproduksi di ruang hampa. Ia adalah gaya berpikir yang diproses di jantung pertarungan kepentingan, di mana semua kubu kepentingan berkesempatan untuk menariknya. Ia bisa tertarik ke kanan atau ke kiri dan ia juga bisa terdorong ke atas atau tertekan ke bawah. Atau dalam level konkrit kita bisa membahasakan bahwa kader HMI, selain mendapat pengaruh dari realitas di luar HMI juga senantiasa mendapat pengaruh dari senior ataupun alumninya.
Pengaruh tersebut merupakan hal wajar dan hampir tidak bisa dilenyapkan dari ruang publik anak hijau hitam, mengingat ikatan emosional di antara keduanya sangat sukar dilunturkan. Ikatan emosional tersebut kemudian membukakan ruang bagi terjadinya proses komunikasi intens dalam bentuk silaturrahim gagasan atau pertukaran ide.
Menurut pandangan penulis, proses silaturrahim gagasan yang terjadi antara generasi HMI sekarang dengan para senior dan alumni berpotensi mendatangkan dampak positif, namun disisi lain juga berpotensi mendatangkan dampak negative. Ia akan berdampak positif jika alumni atau senior tidak memposisikan diri sebagai patron yang harus diikuti petuahnya, serta memandang konteks HMI masa kini dengan perspektif kekinian dan kedisinian agar tidak melahirkan penilaian yang sangat bias - walaupun tentunya perbandingan kemajuan dalam setiap periode merupakan hal yang tetap penting untuk diketengahkan dalam sebuah proses pertukaran gagasan. Kesan patron bisa muncul secara tidak disadari, terutama jika alumni atau senior telah terlebih dahulu membuat persepsi “terbaik” pada masanya sebelum melakukan komparasi objektif dengan realitas hijau hitam kontemporer.
Dalam konteks ini, kita membutuhkan kepandaian kader untuk menganalisis dan memilih antara mana yang merupakan intervensi menghambat kemajuan dan mana yang merupakan sumbangan pemikiran progresif yang perlu diapresiasi untuk kemajuan himpunan. Mungkin karena proses pergulatan inilah yang menyebabkan kader memperlihatkan identitas kabur (mereka ingin mempertegas eksistensinya sebagai produk HMI masa kini, namun ia masih merindukan kejayaan sejarah masa lalu sehingga secara tidak sadar mereka masih menggunakan perangkat teknis masa lalu untuk mewujudkan impian kejayaan dalam ruang realitas kekinian).
Oleh karena itu kader HMI dituntut untuk tetap menggunakan nalar kritisnya dan memandang bahwa cakrawala masa lalu merupakan pandangan atau evaluasi yang belum fixed, sebab persepsi ini akan membukakan ruang bagi anak hijau hitam agar memiliki kemandirian tersendiri, baik pada wilayah gagasan maupun pada tataran aplikasi lapangan. Verstehan (pemahaman) tersebut senantiasa menyadarkan kader HMI MPO bahwa hidup yang mereka perjuangkan hari ini bukan sekedar refleksi masa lalu, tetapi lebih dari itu, merupakan keharusan yang mesti dijalani, sebab segala yang ada didalamnya masih dalam proses pencarian bentuk. Lalu menjadi tugas anak-anak hijau hitam untuk selalu memprosesnya agar ia bisa purna lewat gagasan dan idealisme yang mereka pegang.

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT