BREAKING

Jumat, 29 Maret 2013

Tradisionalisme Islam

Terminologi koservatisme secara etimoligi berasal dari perkataan latin yaitu “conservature” yang merujuk kepada pengekalan suatu adat, tradisi dan budaya yang diwarisi secara turun- temurun. Penggunaan akar kata konservatif dengan menggandengkannya dengan akar kata tradisional merujuk kepada aktifitas mengekalkan, menjaga, mengawasi dan meneruskan sesuatu amalan dan ritual yang diwarisi secara turun temurun. Dari sudut pemikiran Islam, aliran terdisionalisme-konservatisme juga merujuk kepada aliran yang mengekalkan set tradisi ilmu agama yang diwarisi secara turun temurun dan aliran pemikiran tradisionalisme-konservatisme seringkali dirujuk sebagai pengekalan terdisi taklid. Taklid yang berlaku dalam aliran teradisionalisme menyebabkan pengikutnya lebih berkecenderungan pad aksi spiritual (shalat, puasa, haji dll). 

Ciri lain dari aliran taradisionalisme adalah tidak adanya pembedaan dalam memandang perkara yang bersifat pokok dan cabang, sebagai contoh sederhana, isu penutupan aurat, bagi kaum tradisional cara menutup aurat yang paling tepat adalah dengan memakai jubah untuk laki-laki dan purdah untuk perempuan dan selain itu dinyatakan tertolak, memang contoh tersebut terkesan menyederhanakan karena disisi lain terdapat kaum tradisionalisme tertentu yang tidak dapat diidentifikasi dengan contoh tersebut, hal ini disebabkan oleh adanya varian dalam kubu tradisionalisme islam. 

Dari sudut metodologi, kaum tradisionalisme islam lebih memilih untuk menafsirkan dua teks suci (al qur’an dan hadist) secar literal, walaupun tetap membuka ruang ijtihad (tidak semua) namun ijtihad tersebut harus berdasarkan pada fatwa ulama generasi awal, deskripsi ini mengindikasikan bahwa tradisionalis cenderung mengabaikan konteks sosial historis termasuk menolak kemoderenan karena bagi mereka cara paling ampuh untuk mengatasi masalah umat hari ini adalah kembali ke nash dibawah patron ulama klasik sebab cara tersebut telah terbukti memajukan umat di masa lalu, karakteristik diatas sekaligus menjadi kode pembeda bagi mereka denagn kaum fundamentalisme ( pseudo tradisional) sebab sekalipun fundamentalisme menolak modernitas tetapi disisi lain mereka justru mengapresiasi sains modern dan anaknya (baca: teknologi) dengan dalih menuntut ilmu tanpa melakukan pemeriksaan kritis terhadap sains modern. 

dari segi estetika maka tradisionalisme tergolong kelompok yang menaruh perhatian besar pada kesenian baik dari segi karya sastra maupun seni arsitektur dengan argumentasi bahwa “sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan”, berbanding terbalik dengan fundamentalis yang seakan terlihat alergi dengan dunia seni, kemiripan yang nampak antara tradisionalisme dan fundamentalisme hendaknya dipahami bahwa fundamentalisme merupakan varian yang lahir dari rahim tradisionalisme akan tetapi terus mempertegas diri dan melahirkan kode pembeda baru, sama halnya denagan post tradisionalisme yang juga merupakan varian baru dari tradisionalisme, hanya saja kelompok yang terakhir tidak melakukan pemberangusan terhadap tradisi. 

Menurut hemat penulis, upaya konsolidasi diri yang dilakukan kaum tradisional selalu dilatarbelakangi oleh kecurigaan mereka terhadap modernisme yang dianggap bias westernisasi sehingga berpotensi menggerogoti keimanan umat baik dalam bentuk degradasi moral maupun dalam cara hidup yang semakin terbaratkan, bentuk teknis konsolidasinya bisa beragam namaun motif spiritnya selalu sama, kecurigaan terhadap modernisme seolah menjadi common enemy bagi tradisionalisme sehingga memudahkan mereka untuk mengkonsolidasikan diri sampai melewati batas kultural dan negara, karena tradisionalisme sangat memegang teguh prinsip patron client kepada ulama khususnya ulama klasik termasuk ulama tasawwuf maka nama-nama semisal al Ghazali, Jalaluddin Rumi, Hasan al Asyari, Hasim Asyari dapat dikategorikan sebagai tokoh islam tradisional.

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

2 komentar:

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT