BREAKING

Selasa, 09 Juni 2015

Logosentrisme Agama dan Kekerasan

Salah satu corak pemikiran modern yang paling menonjol adalah logosentrisme, logosentrisme pada dasarnya merupakan produk pemikiran dalam  khazanah filsafat, dalam pemetaan kecenderungan pemikiran pada dunia filsafat, logosentrisme didudukkan sebagai kecenderungan terkini dalam dunia filsafat khususnya filsafat barat, model filsafat ini menjadikan bahsa sebagai aspek utama pemikirannya, bahasa dianggap sebagai media pengungkapan semesta pengetahuan, tidak ada pengetahuan yang mampu terekspresikan tanpa melalui medan bahasa, awalnya penganut logosentrisme meyakini bahwa analisis kebahasaan mampu menjadikan manusia menangkap inti pengetahuan, akan tetapi perdebatan yang melahirkan keraguan dan  berujung pada keyakinan kemudian muncul, yakni bahwa ternyata substansi bahasa tak pernah mampu diungkap dengan  utuh , bahasa memiliki aspek kedalaman (metafisika makna) yang tak pernah mampu diungkap secara total.

Makna dalam bahasa juga berpeluang dikendalikan oleh kekuasaan (kekuasaan yang tersebar), lembaga kekuasaan selalu melakukan tindakan monopoli makna terhadap bahasa, hal ini mereka lakukan dalam rangka melanggengkan kekuasaan, disini terjadi monopoli tafsiran terhadap makna, makna yang dianggap benar hanyalah makna yang sesuai dengan kepentigan kekuasaan. Aspek lain yang menjadi kelemahan bahasa adalah ketidakmampuan bahasa unruk mewakili sesuatu yang dibahasakannya secar utuh, dalam teks kitab suci hal ini sering muncul, terdapat kata tertentu yang makna harfiahanya tidak jelas, dalam bahasa keseharian, keterbatasan bahasa dalam menjelaskan objek yang direpresentasikannya juga sering terlihat.
    
Dalam islam, praktek logosentrisme sangat sering nampak, praktek logosentrisme dalam dunia islam lebih berkutat pada otoritas penafsiran terhadap al qur’an (kitab suci) dan al hadist, yang dijadikan sebgai sasaran kritik adalah monopoli tafsir dari ulama, sebagaimana dipahami, dalam islam berkembang kepercayaan (jika bukan tradisi yang dimapankan) bahwa hanya para ulama yang memiliki hak tafsir terhadap al qur’an dan al hadist, golongan di luar ulama dianggap tidak punya hak tafsir terhadap kitab suci, dalam melakukan penafsiran maka, ulama menggunakan analisis bahasa, tidak tepatnya karena pada situasi tertentu kebenaran penafsiran tersebut justru dimapankan, menggugat tafsiran seolah dipersamakan dengan menggugat teks kitab suci itu sendiri, padahal disadari bersama bahwa bahasa memiliki banyak dimensi keterbatasan, walaupun logosentrisme sebagai sebuah kecenderungan pemikiran muncul dalam rahim pemikiran filsafat barat modern tapi praktek logosentrisme telah berlangsung lama dalam pemikiran islam termasuk urusan tafsir, hal ini penting diketengahkan agar kita tidak terlau alergi dengan kata logosentrisme itu sendiri.
           
Dipungkiri atau tidak, praktek logosentrisme dalam  islam telah membuka kerang bagi lahirnya tindakan kekerasan atas nama agama, jika ada pemahaman keislaman yang keluar dari alur mainstream maka sangat gampang dihakimi sebagai sesat dan kafir, setelah label sesat dan kafir dilekatkan kepada komunitas tersebut maka tindakan kekerasan seolah sah dilakukan, tentunya menggunakan dalih penistaan agama, masalah tindakan kekerasan bisa semakin kompleks tatkala aparatus kekuasaan hanya menjadi penonton aktif, apakah ada kepentingan yang sementar dimainkan? Bisa jadi, hal terpenting yang harus digarisbawahi bahwa logosentrisme agama dalam titik tertentu membuka ruang bagi praktek kekerasan, logosentrisme agama rawan diselewengkan oleh kelompok yang merasa berkepentingan, khususnya jika logosentrisme agama bersesuaian dengan pahaman kelompoknya. Benar bahwa untuk menafsirkan al qur’an dan al hadist maka dibutuhkan kompetensi tertentu, namun menjadi tidak tepat jika hanya golongan ulama yang diberikan hak tafsir terhadap teks suci, pada dasarnya semua umat islam memiliki hak menafsirkan al qur’an dan hadist sepanjang mereka mempunyai kompetensi.    

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT