BREAKING

Selasa, 09 Juni 2015

Saat Populisme Menjadi Sindrom Gerakan Mahasiswa


Mahasiswa dan gerakan tidak bisa dipisahkan, dunia mahasiswa dan dunia gerakan ibarat dua kutub dalam satu ruang magnet, kecenderungan mahasiswa, khususnya mereka yang sadar akan pentingnya perubahan, terhadap dunia gerakan berangkat dari sifat dasar pemuda, pemuda adalah manusia yang selalu resah dengan ketimpangan yang terjadi di sekitarnya, di samping itu pemuda selalu memiliki semangat besar untuk melakukan perubahan, diri pemuda adalah diri yang dipenuhi dengan gejolak, selama gejolak tersebut mampu diarahkan pada perubahan maka tentu akan berujung positif, gerakan pada dasaranya membutuhkan komitmen dan energi besar, tanpa dua hal tersebut, gerakan akan sekadar menjadi tontonan dan rawan dimanfaatkan kepentingan tertentu, komitmen juga meliputi konsistensi dalam memilih isu gerakan yang diperjuangkan, bila isu gerakan mengikuti bola yang dilempar media, maka gerakan mahasiswa akan rawan terjebak dalam alur populisme.
            
Penting dipahami bahwa isu yang digelindingkan media tidak bisa dilepaskan dari kepentingan pasar, sehingga jangan heran bila isunya datang silih berganti, tak ada satupun isu yang terekspos hingga tuntas, kelompok gerakan mahasiswa tertentu seolah merasa gerakannya tidak afdhol bila tidak mengikuti isu mayoritas yang sedang booming, akibatnya gerakan selalu berorientasi jangka pendek, tidak satupun yang terkawal tuntas, dalam kondisi seperti ini gerakan mahasiswa akan kehilangan vitalitasnya, karena tidak ada isu jangka panjang yang fokus diperjuangakn, sebenarnya sangat banyak cara untuk memperkaya analisa gerakan, nonton televisi dan baca Koran bukan satu – satunya jalan, pendiskusian terhadap hasil penggalian informasi dan data merupakan cara lain, di samping itu, pertukaran pandangan dengan orang ahli dalam objek isu gerakan tertentu juga merupakan cara yang lain.
            
Keterjebakan gerakan mahasiswa pada sindrom populisme, juga bisa diakibatkan ketiadaaan rekayasa jangka panjang dalam komunitas gerakan tersebut, bisa saja komunitas gerakan semacam ini didirikan tanpa orientasi jelas, perubahan memang dijadikan tujuan umum, namun langkah sistematis menuju perubahan tidak terkalkulasi dengan matang, efeknya mereka selalu bersifat reaksioner, semua isu langsung disambut begitu saja, seharusnya komunitas gerakan ini melakukan refleksi tentang pentingnya merumuskan langkah jangka pendek, menengah dan panjang dari visi gerakan yang mereka telah tetapkan, begitupun halnya dengan kelompok gerakan yang telah memiliki langkah jelas, penting pula bagi mereka menafsir kembali langkah gerakan yang telah mereka cetuskan, tindakan ini lebih dimaksudkan sebagai beentuk evaluasi, sebab pergeseran realitas yang begitu massif juga membutuhkan penyesuain taktik.
            
Di masa sekarang, banyak aktor gerakan yang telah menjelma menjadi selebriti jalanan, mereka hanya akan bergerak di jalan saat ada isu panas, mereka tak lagi melakukan analisis mendalam terhadap latar belakang kemunculan isu tersebut, lebih parah lagi bila klimaks semangat aksi hanya hadir saat media sedang meliput, beragam tindakan sensasional langsung dimunculkan, bila modelnya seperti ini, aksioner tak lagi berbeda jauh dengan artis yang tampil di ruang infotainment. Menjadi pelaku gerakan merupakan pilihan sadar, olehnya itu komitmen terhadap langkah gerakan yang telah dicetuskan merupakan modal utama, tidak perlu risau bila isu gerakan yang dimunculkan tidak populer, sebab populisme juga berpotensi memapankan status quo, populisme dalam titik tertentu merupakan perangkap gerakan, sejarah mencatat hal tersebut, gerakan membutuhkan mujahid zaman, bukan aktor gerakan yang bertindak seolah artis.   

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT