BREAKING

Jumat, 29 Juli 2016

Dialektika Identitas

Setiap manusia memiliki ciri khas tersendiri, setiap komunitas manusia juga memiliki ciri khas bersama dalam kelompoknya, ciri khas ini bisa berbeda dengan kelompok manusia lainnya, dalam kajian kebudayaan, ciri khas inilah yang disebut sebagai identitas, pembeda antara komunitas yang satu dan komunitas lainnya, kehadiran identitas adalah hal mutlak bagi manusia, keberadaan identitas tidak mungkin dinafikan, identitas tidak perlu dipandang dalam kerangka negatif, misalnya mengganggap bahwa identitas mempertajam perbedaan yang mengarah pada perseteruan, kiranya cara pandang seperti ini tidak tepat, identitas dibutuhkan guna menjaga kekhasan setiap komunitas, dalam yang khas tersebut tersimpan ragam nilai, nilai yang berfungsi menjaga eksistensi komunitas, oleh sebab itu, menghilangkan identitas, sama halnya membuka jalan bagi hilangnya komunitas.
Hilangnya komunitas tak harus dipahami dalam bentuk fisik, secara fisik mereka masih ada, namun pola pikir dan prilaku mereka sudah persis sama dengan komunitas lain, padahal boleh jadi, pola pikir dan prilaku yang mereka comot dari komunitas lain, belum tentu sesuai dengan konteks lokalitas komunitasnya, bahkan mungkin lebih merugikan. Sudah menjadi hukum alam, relasi antara ragam komunitas manusia pasti terjadi, di era sekarang ini, tidak ada komunitas yang benar-benar menutup diri, dalam relasi antara ragam komunitas ini, dialektika identitas berlangsung, secara umum, hasil proses dialektika identitas hanya ada dua, pertama akulturatif, ke dua penghapusan.
Model akulturatif menandakan terjadinya percampuran identitas, pada kasus ini, dua komunitas atau lebih saling bertukar identitas, sebagian identitas lama ditanggalkan lalu menyerap sebagian identitas baru dari komunitas lainnya, pertimbangannya adalah keunggulan, bila merasa bahwa ada nilai identitas yang lebih unggul dari kelompok lain, maka tak masalah diserap ke dalam komunitasnya, begitupun sebaliknya, model akulturatif tidak menghilangkan identitas sebuah komunitas, mereka menyerap nilai identitas dari komunitas lain, namun nilai utama identitas komunitasnya tetap dipertahankan, tidak ada masalah dengan hal ini, justru model ini mampu semakin menaikkan daya tawar komunitas di tengah pergaulan regional, nasional, bahkan internasional.
Sedangkan model ke dua, yakni model penghapusan, merupakan sebuah relasi identitas, yang mana sebuah komunitas menghilangkan secara total nilai identitasnya, lalu mencomot secara keseluruhan identitas komunitas lain, kondisi ini terjadi akibat lahirnya sikap inferior identitas, sebuah sikap yang menandakan hilangnya kebanggaan terhadap identitas sendiri, sikap ini memandang komunitas lain, khususnya yang mereka anggap lebih maju dari komunitasnya, seratus persen memiliki perangkat identitas lebih baik dari mereka, dan pada saat bersamaan, mereka melihat identitasnya sendiri, sebagai sebuah perangkat yang sangat ketinggalan, jumud, dan hanya menyebabkan keterbelakangan, sesungguhnya penghapusan identitas mendatangkan masalah serius, penghapusan identitas merupakan kolonialisasi identitas, saat sebuah komunitas meilih menghapus identitas lamanya lalu serta-merta meniru identitas lain, maka sebenarnya mereka telah terjajah secara pikiran dan sikap, mereka mengadopsi pikiran dan sikap yang sebenarnya bertentangan dengan kondisi riil kehidupan komunitasnya, mereka yang hanya menjadi pengekor identitas lain, selamnya akan berada selangkah di belakang komunitas yang mereka tiru, boleh saja mereka merasa maju, tapi kemajuan yang mereka capai adalah kemajuan semu, kemajuan yang sudah dipatok batasannya oleh komunitas lain, ini bukan kemajuan dalam arti sebenarnya.   
Dibutuhkan kecerdasan strategis dalam dialektika identitas, hal ini penting agar kita tak menjadi korban dialektika identitas, harus ada pandangan kritis dalam menilai identitas komunitas lain, khususnya komunitas yang dianggap lebih maju, seharusnya yang diserap adalah akar kemajuannya, bukan efek dari akar tersebut, akar kemajuan tercermin dalam semangat identitas, cukup semangat ini yang diserap, lalu diformat berdasarkan kebutuhan komunitas. Bagaimanapun identitas adalah sesuatu yang perlu kita jaga, kecuali bila kita ingin menjadi objek jajahan baru. 

Penulis: Zaenal Abidin Riam
Ketua Komisi Pengembangan Cabang PB HMI MPO Periode 1437-1439 H/2015-2017 M

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT