BREAKING

Sabtu, 02 Juni 2018

Tsunami Politik Malaysia



Negeri Jiran Malaysia beberapa waktu lalu melangsungkan pemilihan umum, dan hasilnya sungguh di luar dugaan, Barisan Nasional sebagai koalisi pemerintah dengan partai UMNO selaku pengendalinya, yang telah berkuasa selama 60 tahun, terhitung sejak Malaysia merdeka, justru tumbang di tangan oposisi Pakatan Harapan. Hasil ini sekaligus memutarbalikkan semua prediksi lembaga survei di Malaysia yang dengan yakin memprediksi UMNO akan kembali berjaya dalam pemilu ini.

Selain dramatis, pemilu Malaysia juga memperlihatkan karakter asli dunia politik, bahwa politik itu sangat cair, bahwa dalam politik tidak ada kawan dan lawan abadi. Minimal ada dua peristiwa yang membuktikan hal tersebut. Pertama Mahathir Mohamad berkoalisi dengan Anwar Ibrahim, padahal bila melihat ke belakang hubungan keduanya seolah minyak dan air, Mahathir Mohamad merupakan sosok yang pernah memenjarakan Anwar Ibrahim, perseteruan keduanya bahkan melebar hingga ke pendukung masing-masing, tetapi dalam pemilu kali ini Mahathir dan Anwar justru bekerjasama menumbangkan kekuasaan Najib Razak, dan hal itu berhasil. Kedua Mahathir Mohamad yang dulunya merupakan pentolan UMNO dalam pemilu kali ini justru melawan partai yang pernah dibesarkannya itu, ya politik memang sungguh cair, selalu melahirkan hal yang luput dari prediksi pelaku dan pakar politik.

Ada yang menarik dalam barisan oposisi, bila dicermati kelompok oposisi Pakatan Harapan terdiri dari elemen yang sangat beragam, baik secara variabel ideologi maupun etnis, lalu mengapa mereka bisa bersatu? paling tidak ada dua penyebabnya, yaitu lahirnya isu bersama yang mampu mempersatukan mereka dan munculnya figur memimpin yang bisa diterima di semua kalangan oposisi. Tidak diragukan lagi skandal 1MDB yang menyeret nama Najib Razak menjadi pemersatu di kalangan oposisi, isu ini terus dieksploitasi untuk membangkitkan sentiment anti Najib, malangnya Najib sendiri tidak mampu meredam isu ini. Di sisi lain kesepakatan bersama antara Anwar dan Mahathir yang menyepakati Mahathir selaku pemimpin oposisi bisa diterima semua kalangan, kesepakatan ini terbilang sangat cerdas, sebab langsung mengatur pembagian kekuasaan di antara keduanya, jika menang Mahathir akan menjadi perdana menteri namun satu hingga dua tahun setelahnya Mahathir akan digantikan oleh Anwar Ibrahim, sebuah kesepakatn yang sungguh akomodatif.

Kemenangan Pakatan Harapan menjadi tsunami politik bagi Malaysia, arusnya meluluhlantakkan kekuasaan yang telah bercokol lebih dari setengah abad, pasca pemilu tsunami tersebut belum reda, kali ini arusnya menyasar Najib Razak, mantan perdana menteri ini terancam hukuman berat dalam kasus 1MDB, buktinya Najib telah dicekal bepergian ke luar negeri, rumahnya pun telah digeledah. Di bawah kekusaan baru Pakatan Harapan, kekuatan Barisan Nasional terancam semakin redup, catatannya bila Pakatan Harapan memenuhi janji kampanyenya, khusunya terkait penuntasan kasus 1MDB dan evaluasi kebijakan ekonomi yang lebih berkeadilan, namun bila tidak, maka tidak mustahil Pakatan Harapan akan meradang di pemilu selanjutnya. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Mampukah oposisi menumbangkan koalisi penguasa pada 2019? Kita lihat saja nanti.

Penulis: Zaenal Abidin Riam

About ""

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vivamus suscipit, augue quis mattis gravida, est dolor elementum felis, sed vehicula metus quam a mi. Praesent dolor felis, consectetur nec convallis vitae.

Posting Komentar

 
Copyright © 2013 Pemikiran dan Sastra
Design by FBTemplates | BTT